Kelompok penelitian Anapsida dari Kelompok Studi Herpetologi Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Airlangga telah melaksanakan kegiatan Penelitian dan Pengembangan Penelitian Lapangan (P3L) pada tanggal 10-14 Juli 2024 yang dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo. Kelompok penelitian Anapsida sendiri terdiri dari Muhammad Hilman Fu’adil Amin, Ph.D. selaku dosen pembimbing, Dr. Moch. Affandi, M.Si., 1 ketua kelompok, dan 13 anggota. Kelompok Anapsida diikuti oleh dua angkatan yaitu angkatan 2022 dan angkatan 2023. Pelatihan dan Pengembangan Penelitian Lapangan (P3L) merupakan salah satu program kerja Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Airlangga. Kegiatan P3L ini bertujuan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan mahasiswa Biologi Universitas Airlangga dalam melakukan penelitian secara langsung di lapangan.
Taman Nasional Alas Purwo
Taman Nasional Alas Purwo, terletak di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, adalah salah satu kawasan perlindungan yang memiliki ekosistem pesisir dan pantai yang penting bagi berbagai spesies, termasuk penyu. Penyu adalah makhluk yang sangat rentan dan memerlukan kondisi habitat yang sangat spesifik untuk bertelur dan berkembang biak. Analisis karakteristik habitat nesting penyu serta parameter fisik dan kimia lingkungan menjadi kunci dalam upaya pelestarian spesies ini di Alas Purwo. Artikel ini bertujuan untuk membahas secara mendetail tentang karakteristik habitat nesting penyu dan parameter fisik-kimia yang mempengaruhi kelestarian mereka. Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah satu kawasan pesisir yang penting bagi konservasi penyu. Pesisir selatan taman nasional ini, termasuk Pantai Ngagelan, Pantai Trianggulasi, dan Pantai Pancur, menawarkan habitat yang signifikan untuk nesting penyu. Taman Nasional Alas Purwo memiliki berbagai jenis macam penyu diantaranya, Penyu Lekang/Abu (Lepidochelys olivacea), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas). Di Taman Alas Purwo sendiri spesies penyu yang dominan ialah Penyu Lekang/Abu (Lepidochelys olivacea).
Kegiatan Penelitian
Pada hari kamis, 11 Juli 2024 kami melakukan tracking pertama ke arah Triangulasi
menuju Ngagelan sejauh 14 Km, kami berangkat menyusuri hantaran pasir di tepi pantai guna
mencari titik lokasi yang digunakan penyu untuk menelurkan telurnya, tidak lama dan tidak
jauh kami melakukan tracking yakni sejauh 1,2 km dari penginapan, kami menemukan tanda
tanda adanya nesting telur penyu yang ditandai dengan adanya jejak langkah penyu yang
mendarat dari pantai, namun sayangnya kami hanya menemukan tempat nesting tanpa adanya
telur, hal ini kami mengasumsikan bahwa baru kemarin malam penyu menetaskan telurnya
namun sudah di mangsa oleh predator. kemudian, tidak lama setelah kita melanjutkan
tracking kami menemukan bangkai penyu yang sudah mati setelah 1 minggu, kami
menemukan adanya luka di kaki, hal ini kemungkinan penyu melakukan perlawanan terhadap
predator di sekitar nesting telur penyu. Setelah, itu tidak jauh dari titik bangkai penyu, kami
menemukan nesting telur penyu yang sedang dimakan oleh predator, namun ketika kami
mendekat predator tersebut lari meninggalkan nesting telur penyu, di situ kami menemukan
telur penyu sejumlah 125 butir adapun 2 diantaranya rusak terkena predator. kita kumpulkan
telur tersebut dan kita bawa ke pihak konservasi penyu yang ada di ngagelan. setelah itu kami
meneruskan tracking menuju ke arah ngagelan, disana kami melakukan wawancara dengan
pihak jagawana terkait pelestarian penyu. disana kami juga melihat tempat pelestarian penyu
di mulai dari tukik hingga menjadi penyu dewasa.
Pada hari kamis, 11 Juli 2024 pukul 22.00 WIB kami melakukan tracking dari
Triangulasi-Ngagelan sejauh 7 Km. Saat tracking kami mendapati 4 ekor Penyu Lekang di
daerah pantai Trianggulasi-Ngagelan. Kami mendapati 3 penyu dengan lokasi nesting
berdekatan, dan 1 nesting penyu dengan jarak yang cukup jauh dari ketiga penyu
sebelumnya. Sebelum penyu melakukan nesting, penyu mencari posisi yang aman dengan
naik ke atas permukaan untuk mencegah terjadinya abrasi terhadap telurnya. Penyu akan
mulai bertelur apabila sudah menemukan tempat yang padat, hal ini ditentukan apabila kaki
belakang penyu sudah merasakan kedalaman nesting yang padat dan cocok untuk proses
peneluran. Selain itu, penyu akan bertelur dalam keadaan air pasang dan memastikan tidak
ada predator di sekitarnya karena jika merasa tidak aman, penyu akan kembali ke laut.
Keempat penyu tersebut berjenis Penyu Lekang/Abu (Lepidochelys olivacea). Kami juga
mengukur faktor fisik dan kimia seperti, mengukur suhu nesting, jarak nesting dengan
vegetasi, jarak antar nesting, kelembaban udara, jarak nesting dengan pasang tertinggi, dan
titik koordinat.
Pada hari jum’at, 12 Juli 2024 Pukul 22.00 WIB kami melakukan tracking dari
Triangulasi-Pancur sejauh 3 Km. Kami mendapatkan 2 penyu yang sedang nesting, jarak
antara nesting juga tidak terlalu jauh. Kedua penyu tersebut berjenis Penyu Lekang/Abu
(Lepidochelys olivacea). Kami juga mengukur faktor fisik dan kimia seperti, mengukur suhu
nesting, jarak nesting dengan vegetasi, jarak antar nesting, kelembaban udara, jarak nesting
dengan pasang tertinggi, dan titik koordinat. kami dibantu oleh pihak jagawana setempat
mengambil telur penyu, pada nesting pertama jumlah telur 102 butir dan pada nesting kedua
103 butir, kemudian dibawa oleh jagawana setempat untuk dibantu proses menetasnya.
Pada hari Sabtu, 13 Juli 2024, tim kami melakukan kegiatan penting dalam upaya konservasi
penyu, yaitu analisis mesh terhadap pasir nesing penyu. Kegiatan ini dilakukan dengan
menggunakan alat sieve mesh, yang merupakan metode standar dalam penelitian terkait
ukuran partikel dalam bahan granular, seperti pasir. Analisis pasir menggunakan sieve mesh
ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dan karakteristik fisik dari pasir khususnya pada fase
peneluran seperti ukuran butir, dapat mempengaruhi suhu sarang, kelembapan, serta
kenyamanan bagi telur penyu. Oleh karena itu, memahami distribusi ukuran partikel pasir ini
sangat penting untuk memastikan kondisi lingkungan yang optimal bagi keberhasilan
penetasan telur.
Penelitian penyu di Taman Nasional Alas Purwo adalah upaya penting dalam melestarikan
spesies yang terancam punah dan menjaga keseimbangan ekosistem laut. Dengan terus
melakukan penelitian dan meningkatkan kesadaran masyarakat, kita dapat memastikan bahwa
penyu tetap menjadi bagian dari keanekaragaman hayati di Indonesia untuk generasi yang
akan datang. Upaya ini bukan hanya tentang melindungi penyu, tetapi juga tentang menjaga
keberlanjutan lingkungan dan kehidupan di bumi ini. Semoga artikel ini dapat memberikan
wawasan yang bermanfaat dan membantu dalam upaya pelestarian penyu di Taman Nasional
Alas Purwo.